Sabtu, 05 Maret 2016

Kufur Award #KCFeb2016

Kufur Award

Dingin suasana memenuhi raung kamar besar yang bernama bumi,
awan yang membawa air laut pun menumpahkannya di bumi jakarta

Seperti biasa, hujan mengguyur daerah jakarta, tak terkecuali Taman Ismail Marzuki, tempat ngaji wulanan kenduri cinta berlangsung, kebetulan saya berada di ciputat, ditemat saudara. Sebelum ashar, hadi mahasiswa uin yogya yang asal pemalang dan menginap dikebayoran baru datang, rencana awal saya nonton dan diskusi film di daerah blok M dan malamnya lanjut KC-nan, namun setelah ashar hujan masih menitikan bala tentaranya, kebetulan juga ada kang mas agus syukur yang terbaring sakit. Ini alasan kuat untuk tidak hadir dalam nonton bareng.
Setelah ngobrol ngalor ngidul tiba juga saatnya sholat isya kemudian berlanjut ke TIM sekitar jam 8 malam, setibanya disana, mas rokhim sudah dahulu berdiri di tempat biasa, yakni depan atm BNI disamping penjua kopi asal tegal yang istiqomah mengikuti kenduri cinta.
Saling sapa dan menanyakan kabar serta nawarin kopi+rokok memang sudah jadi tradisi, ada perasaan gembira ketika bertemu dengan sedulur-sedulur pemalang, yang semakin malam semakin banyak (pretelan), mas rokhim juga menanyakan wirid tahlukah yang lupa saya print, hehe.
Kemudian ngomong maiyah kanoman yang beberapa hari ini baru saja dilaksanakan, sebelum saya dan hadi duduk di tengah-tengah jamaah, mas rokhim bercerita tentang nama anaknya yang diberikan oleh caknun.
Ketika anak pertamanya lahir, mas rokhim lewat temannya as supratman menghubungi caknun untuk meminta nama, dan lewat sms-an dikasih 3 nama, kemudian dipakailah nama yang ketiga untuk anaknya yang pertama, selang beberapa tahun, lahirlah anak kedua dan diberi nama sesuai pemberian caknun juga, karena ada 3 nama yang diberi oleh caknun, tinggal satu lagi, “semoga ini untuk anak yang ketiga sampean mas” kelakarku.
Belum sampai duduk bersila juga, temenku asal banyumas ternyata hadir dan bisa bergabung lewat sms punya mas rokhim, ora modal. Rokok+sms nya mas rokhim. Hihii kemudian saya larut dalam diskusi yang asik dan cukup berat menurutku.

Setelah duduk, mas sabrang sudah berada didepan megang mic dan ngomong tentang informasi  “Terkadang kita jg harus harus melihat dr jauh atau mendekat supaya detail. Bobot informasi yg harus ditata, Kebenaran Tuhan tidak terbantahkan.
Informasi yang dikirim lewat malaikat kepada kekasihnya mesti benar, hanya tafsirannya saja yang tidak tepat.
Kemudian Jojo menyanyikan 2 nomor lagu yang kemudian di lanjutkan dengan  Fatwa rindu dan sebelum cahaya langsung oleh vokalis letto disambut rentak suara jamaah.
Pengetahuan sebanyak apapun bagus, tapi yang penting filter yang ada pada diri kita. Menggunakan cara pandang, jarak pandang dan sisi pandang.
Setelah lagu selesai, moderator mempersilahkan kepada mas Mulyadi, ketua Pbhmi, dia mengatakan bahwa “citra itu ada dua, satu citra yang menggambarkan diri sendiri, satunya lagi citra yang dijual dipasar (lotion), namun pada politisi kita, yang digunakan itu citra yang dijual dipasar; karena sebagai pengharum saja, dan tidak menampakkan dirinya secara nyata”.
“Gajah mati meningglakan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan....hutaaaang, kompak jawaban jamaah yang disambut dengan gelak tawa yang lain. Manusia mati meninggalkan nama, hanya nama saja, yang tertulis dibatu nisan, lanjutnya. Begitu juga dengan Pemimpin kita, mati meninggalkan nama. Saran saya untuk kita semua dan presiden indonesia harusnya  Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, baru kerja ikslas.” Pungkasnya.
Lalu pak Mustofa, atau akrab dipanggil mbah mus oleh kawan-kawannya seorang master kuburan yang hobi dengan duna mistis mengomentari tema, manipulasi itu ya ngapusi” awal dia berucap disambut senyuman para jamaah.
Setelah beberapa kalimat diucapkan, tibalah caknun naik kepanggung dan meminta 5 orang penanya maupun penanggap. Pertama, menanyakan tentang sejarah nabi khidir, kemudian menanyakan kenapa nabi musa harus selalu sabar jika ingin mengikuti dan ‘dianggap’ muridnya (dengan menyertakan ayat al-qur’an), juga apakah manusia seperti nabi musa yang kesabarannya memang terbatas?
Tidak langsung ditanggapi oleh caknun penanya kedua menanyakan informasi yang simpang siur memberitakan kejadian yang belum tentu benar itu.
Kemudian penanya ketiga, menanyakan hal-ihwal fiqih.
Yang keempat juga sama menanyakan informasi.
Dan yang kelima menanyakan kejelasan tentang hukum pekerjaannya, karena dia bekerja dibagian periklanan (advertiising) disalah satu perusahaan besar. “kalau kita bicara kapitalisme, sayalah yang paling berdosa, karena saya yang melakukan itu. Terkadang saya merasa bingung antara pekerjaan dan nasib indonesia yang semakin menggerogoti moral anak bangsa.”
“saya juga siap dipecat, tambahnya. Karena berani membuka aib perusahaan, disini yang bagian periklanan banyak, saya minta maaf juga”.
Sebelum mic diberikan kepada moderator, mas rokhim sempat berdiri untuk meminta waktu, namun panitia belum memberikan kesempatan.
Kemudian caknun mengomentari satu persatu dari 5 penanya tersebut. “tentang nabi khidir, Didunia ini, ada hal yang boleh diketahui manusia, ada juga yang tidak boleh. Selama dunia hidup tetap saja menjadi rahasia, dan yang seperti ini tetaplah jadi rahasiaNya. Matek apa mau mencari nabi khidir.”
“Terus kalau urusan fiqh atau ushul fiqh, saya bukan pakarnya, biarlah nanti syeikh Nursamad saja yang menjawab, insyallah bulan depan. Nanti saya musyawarhkan kepada beliau, cak fuad dan syeikh nursamad kamba, biar nanti beliau yang njawab”
Kita masih punya masalah dg kata2. Dengan 4 huruf saja masih bingung yaitu L G B T.” Disambut tawa ratusan jamaah yang hadir. Kalau belum tahu artinya jangan nulis-nulis, niatkan saja irit.”
Mas sabrang merespon pertanyaan yang terakhir, bahwa informasi juga bagus, apasaja yang masuk juga bagus, tapi diolah, jangan lantas dimakan mentahan begitu, sakit perut nanti. Harus ada filter tentang informasi.
“Teruslah bekerja dibidang anda masing-masing, asalkan punya niat membangun Indonesia sejahtera, sama juga dengan pemimpin, karena berjuang itu dimana saja bisa jadi artery, semi artery. Ini adalah satu gerakan yang bagus, kita punya orang-orang diberbagai bidang”. Tawar menawar tentang konsep setiap hari, sekarang mulailah berhemat tentang kata.” gerakan gradasi atau penyeimbang adalah bentuk gerakan yang lebih implisit untuk membangun gerakan.
“Mendengarkan semuanya dan -mengakali- itu adalah tingkah kamu. Kapitalisme adalah mengambil uang, dan pengelolaannya menggunakan kedaulatan.”
“Caknun menanggapi, bahwa masalahnya, satu: parsial-komprehenship yaitu suatu sistem dimana kamu tidak bisa mengelola keadaan tersebut. Dimanapun anda bekerja, advertising/desain grafis pun tidak apa-apa, asal bisa mengelola terkait kedaulatan. Sistem besar yang menjadi madhorot Contohnya salat dipesawat atau salat dikapal. Kamu sudah niat banget menghadap ke barat/kibat, begitu takbir tiba-tiba kapal menghadap ke utara, mau apa kamu. Mbatalin salat? ukurannya ka'bah dihatimu (Illa biwaliyyihi bihi).”
“Kedua, Lokal-global: masalah global dan lokal yang harus dikerjakan, sebisa kamu menyelesaikan masalah, apakah di kelas global atau masih kelas loka, tetap berusaha saja.”
“Pancasila yang koheran dengan islam. Begitu kenapa saya membikin maiyah, begitu juga pun karenanya saya tidak bisa berlaku kejam kepada orang lain. Kapitalisme dan kapitalisasi; apa yang boleh dijual, apa yg boleh d lakukan, silahkan saja, begitu juga sekularisasi (spt yg dilakukan cak nur) dengan sekularisme. Ya artinya menegaskan a sebagai a tidak ada baying-bayang b atau aksen.”
Akhirnya Allah mengantarkan 1 penanya sebelum berakhirnya acara, dan sesudah sabrang dan mbah mus ke airport. Mas rokhin nanya tentang keruwetan 'kata' bagaimana mengatasinya? Sebelumnya meminat izin karena tidak bisa pake logat indonesia yang 'ceto' hanya bisa seidikit saja.
Beliau kemudian mengenalkan maiyah kanoman pemalang untuk meminta doa dan restu supaya selalu aktif-lancar, kemudian dia mengantarkan 3 buah nama yg dihadiahkan caknun untuk memilih nama anaknya, mulai dari nama yang ketiga untuk anak yang pertamanya, kemudian nama kedua untuk anak yang kedua, yang belum dipakai adalah nama yang (masih niat) pertama. dengan logat Pemalang (inyongnya) secara tartil, menjelaskan bahwa dia lahir jebrol sudah NU, jadi ya saya ikut orang tua saja NU. Ditanyalah sama caknun “berapa tinggi kamu?” belum sempat jawab, mbahnun tanya lagi, “Mau tidak saya ganti wajahmu dengan yang lebih ganteng?” "Tidak cak", jawabnya tegas. “Nah, jelas tho, mensyukuri dan manikmati apa yg kita punya. Tidak lantas menginginkan kenikmatan seperti milik orang lain.”
Sebelum Pulang, aku ditemukan dengan teman-teman lain -karena niatku pun silaturrahmi- dari mandiraja, tegal pekalongan, dan balsteran solo-purworejo.
Acara dipuncaki dengan doa bersama yang dipimpin caknun.


Selengkapnya lihat di: 
Https://www.caknun.com/2016/kufur-award-mainipulasi-citra-kapitalisasi-pencitraan/ 
http://kenduricinta.com/v5/mukadimah-kufur-award-manipulasi-citra-kapitalisasi-pencitraan/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar