Kufur
Award
Dingin
suasana memenuhi raung
kamar besar yang bernama bumi,
awan yang membawa air laut
pun menumpahkannya di bumi jakarta
Seperti
biasa, hujan mengguyur daerah jakarta, tak terkecuali Taman Ismail Marzuki,
tempat ngaji wulanan kenduri cinta berlangsung, kebetulan saya berada di
ciputat, ditemat saudara. Sebelum ashar, hadi mahasiswa uin yogya yang asal
pemalang dan menginap dikebayoran baru datang, rencana awal saya nonton dan
diskusi film di daerah blok M dan malamnya lanjut KC-nan, namun setelah ashar
hujan masih menitikan bala tentaranya, kebetulan juga ada kang mas agus syukur
yang terbaring sakit. Ini alasan kuat untuk tidak hadir dalam
nonton bareng.
Setelah ngobrol ngalor ngidul tiba
juga saatnya sholat isya kemudian berlanjut ke TIM sekitar jam 8 malam,
setibanya disana, mas rokhim sudah dahulu berdiri di tempat biasa, yakni depan
atm BNI disamping penjua kopi asal tegal yang istiqomah mengikuti kenduri
cinta.
Saling sapa dan menanyakan kabar
serta nawarin kopi+rokok memang sudah jadi tradisi, ada perasaan gembira ketika
bertemu dengan sedulur-sedulur pemalang, yang semakin malam semakin banyak
(pretelan), mas rokhim juga menanyakan wirid tahlukah yang lupa saya print,
hehe.
Kemudian ngomong maiyah kanoman
yang beberapa hari ini baru saja dilaksanakan, sebelum saya dan hadi duduk di
tengah-tengah jamaah, mas rokhim bercerita tentang nama anaknya yang diberikan
oleh caknun.
Ketika anak pertamanya lahir, mas rokhim lewat
temannya as supratman menghubungi caknun untuk meminta nama, dan lewat sms-an
dikasih 3 nama, kemudian dipakailah nama yang ketiga untuk anaknya yang
pertama, selang beberapa tahun, lahirlah anak kedua dan diberi nama sesuai
pemberian caknun juga, karena ada 3 nama yang diberi oleh caknun, tinggal satu
lagi, “semoga ini untuk anak yang ketiga sampean mas” kelakarku.
Belum sampai duduk bersila juga,
temenku asal banyumas ternyata hadir dan bisa bergabung lewat sms punya mas
rokhim, ora modal. Rokok+sms nya mas rokhim. Hihii kemudian saya larut dalam diskusi yang asik dan cukup
berat menurutku.
Setelah duduk, mas sabrang sudah
berada didepan megang mic dan ngomong tentang informasi “Terkadang
kita jg harus harus melihat dr jauh atau mendekat supaya detail. Bobot
informasi yg harus ditata, Kebenaran Tuhan tidak terbantahkan.”
Informasi
yang dikirim lewat malaikat kepada kekasihnya mesti benar, hanya tafsirannya
saja yang tidak tepat.
Kemudian Jojo menyanyikan 2 nomor
lagu yang kemudian di lanjutkan dengan Fatwa
rindu dan sebelum cahaya langsung oleh vokalis letto disambut rentak suara
jamaah.
“Pengetahuan
sebanyak apapun bagus, tapi yang
penting filter yang
ada pada diri kita. Menggunakan cara pandang,
jarak pandang dan sisi pandang.”
Setelah
lagu selesai, moderator mempersilahkan kepada mas Mulyadi, ketua Pbhmi, dia mengatakan bahwa “citra itu ada dua, satu citra yang
menggambarkan diri sendiri,
satunya lagi citra yang dijual dipasar (lotion), namun pada
politisi kita, yang
digunakan itu citra yang
dijual dipasar; karena
sebagai pengharum
saja, dan tidak menampakkan dirinya secara nyata”.
“Gajah mati
meningglakan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati
meninggalkan....hutaaaang, kompak jawaban jamaah yang disambut dengan gelak
tawa yang lain. Manusia mati meninggalkan nama, hanya nama saja, yang tertulis
dibatu nisan, lanjutnya. Begitu juga dengan Pemimpin kita, mati meninggalkan nama. Saran saya untuk kita semua dan
presiden indonesia harusnya Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, baru kerja ikslas.” Pungkasnya.
Lalu
pak Mustofa, atau akrab dipanggil mbah mus oleh kawan-kawannya
seorang
master kuburan yang hobi dengan
duna mistis mengomentari tema, “manipulasi itu ya ngapusi” awal dia berucap disambut senyuman para jamaah.
Setelah
beberapa kalimat diucapkan, tibalah caknun naik kepanggung dan meminta 5 orang penanya
maupun penanggap. Pertama, menanyakan
tentang sejarah nabi khidir, kemudian menanyakan kenapa nabi musa harus selalu
sabar jika ingin mengikuti dan ‘dianggap’ muridnya (dengan menyertakan ayat
al-qur’an), juga apakah manusia seperti nabi musa yang kesabarannya memang
terbatas?
Tidak langsung ditanggapi oleh
caknun penanya kedua menanyakan informasi yang simpang
siur memberitakan kejadian yang belum tentu benar itu.
Kemudian penanya ketiga, menanyakan hal-ihwal fiqih.
Yang keempat juga
sama menanyakan informasi.
Dan yang kelima menanyakan kejelasan tentang hukum pekerjaannya, karena dia
bekerja dibagian periklanan (advertiising) disalah satu perusahaan besar.
“kalau kita bicara kapitalisme, sayalah yang paling berdosa, karena saya yang
melakukan itu. Terkadang saya
merasa bingung antara pekerjaan dan nasib indonesia yang semakin menggerogoti
moral anak bangsa.”
“saya
juga siap dipecat, tambahnya. Karena berani membuka aib perusahaan, disini yang
bagian periklanan banyak, saya minta maaf juga”.
Sebelum mic
diberikan kepada moderator, mas rokhim sempat berdiri untuk meminta waktu,
namun panitia belum memberikan kesempatan.
Kemudian caknun mengomentari satu
persatu dari 5 penanya tersebut. “tentang nabi khidir, Didunia ini, ada hal
yang boleh diketahui manusia, ada juga yang tidak boleh. Selama dunia hidup
tetap saja menjadi rahasia, dan yang seperti ini tetaplah jadi rahasiaNya. Matek apa mau mencari nabi khidir.”
“Terus
kalau urusan fiqh atau ushul fiqh, saya bukan pakarnya, biarlah nanti syeikh
Nursamad saja yang menjawab, insyallah bulan depan. Nanti saya musyawarhkan
kepada beliau, cak fuad dan syeikh nursamad kamba, biar nanti beliau yang
njawab”
”Kita masih punya masalah dg kata2. Dengan 4 huruf saja masih bingung yaitu L G B T.”
Disambut tawa ratusan jamaah yang hadir. Kalau belum tahu
artinya jangan nulis-nulis, niatkan saja irit.”
Mas sabrang merespon pertanyaan
yang terakhir, bahwa informasi juga bagus, apasaja yang masuk juga bagus, tapi
diolah, jangan lantas dimakan mentahan begitu, sakit perut nanti. Harus ada
filter tentang informasi.
“Teruslah
bekerja dibidang anda masing-masing, asalkan punya niat membangun Indonesia
sejahtera, sama juga dengan pemimpin, karena berjuang itu dimana saja bisa jadi
artery, semi artery. Ini adalah satu gerakan yang bagus, kita punya orang-orang
diberbagai bidang”. Tawar menawar tentang konsep setiap hari, sekarang mulailah
berhemat tentang kata.” gerakan gradasi atau penyeimbang adalah bentuk gerakan
yang lebih implisit untuk membangun gerakan.
“Mendengarkan semuanya dan -mengakali- itu adalah
tingkah kamu. Kapitalisme adalah mengambil uang, dan pengelolaannya menggunakan
kedaulatan.”
“Caknun menanggapi, bahwa masalahnya, satu:
parsial-komprehenship yaitu suatu sistem dimana kamu tidak bisa mengelola
keadaan tersebut. Dimanapun anda bekerja, advertising/desain grafis pun tidak
apa-apa, asal bisa mengelola terkait kedaulatan. Sistem besar yang menjadi
madhorot Contohnya salat dipesawat atau salat dikapal. Kamu sudah niat banget
menghadap ke barat/kibat, begitu takbir tiba-tiba kapal menghadap ke utara, mau
apa kamu. Mbatalin salat? ukurannya ka'bah dihatimu (Illa biwaliyyihi bihi).”
“Kedua, Lokal-global: masalah global dan lokal yang
harus dikerjakan, sebisa kamu menyelesaikan masalah, apakah di kelas global
atau masih kelas loka, tetap berusaha saja.”
“Pancasila yang koheran dengan islam. Begitu kenapa
saya membikin maiyah, begitu juga pun karenanya saya tidak bisa berlaku kejam kepada
orang lain. Kapitalisme dan kapitalisasi; apa yang boleh dijual, apa yg boleh d
lakukan, silahkan saja, begitu juga sekularisasi (spt yg dilakukan cak nur) dengan
sekularisme. Ya artinya menegaskan a sebagai a tidak ada baying-bayang b atau
aksen.”
Akhirnya Allah mengantarkan 1
penanya sebelum berakhirnya acara, dan sesudah sabrang dan mbah mus ke airport.
Mas rokhin nanya tentang keruwetan 'kata' bagaimana mengatasinya? Sebelumnya meminat
izin karena tidak bisa pake logat indonesia yang 'ceto' hanya bisa seidikit
saja.
Beliau kemudian mengenalkan maiyah
kanoman pemalang untuk meminta doa dan restu supaya selalu aktif-lancar, kemudian
dia mengantarkan 3 buah nama yg dihadiahkan caknun untuk memilih nama anaknya,
mulai dari nama yang ketiga untuk anak yang pertamanya, kemudian nama kedua
untuk anak yang kedua, yang belum dipakai adalah nama yang (masih niat)
pertama. dengan logat Pemalang (inyongnya) secara tartil, menjelaskan bahwa dia
lahir jebrol sudah NU, jadi ya saya ikut orang tua saja NU. Ditanyalah sama
caknun “berapa tinggi kamu?” belum sempat jawab, mbahnun tanya lagi, “Mau tidak
saya ganti wajahmu dengan yang lebih ganteng?” "Tidak cak", jawabnya
tegas. “Nah, jelas tho, mensyukuri dan manikmati apa yg kita punya. Tidak lantas
menginginkan kenikmatan seperti milik orang lain.”
Sebelum Pulang, aku ditemukan dengan
teman-teman lain -karena niatku pun silaturrahmi- dari mandiraja, tegal pekalongan,
dan balsteran solo-purworejo.
Acara dipuncaki dengan doa bersama yang dipimpin
caknun.
Selengkapnya lihat di:
Https://www.caknun.com/2016/kufur-award-mainipulasi-citra-kapitalisasi-pencitraan/
http://kenduricinta.com/v5/mukadimah-kufur-award-manipulasi-citra-kapitalisasi-pencitraan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar