Sabtu, 05 Maret 2016

Sun Kang dan don chuang*

Sun Kang dan don chuang*

Sun Kang hidup pada zaman Dinasti Jin (317-420 M). Sejak kanak-kanak sudah tampak kepintarannya. Ia suka sekali dengan buku, tetap ia dibesarkan dari keluarga yang sangat miskinsampai minyak lampu pun tak sanggup mereka beli. Karena miskin dan kebutuhan sehari-hari yang mesti dicukupi, orangtuanya mewajibkann semua anakya bekerja sampai menjelang malam sehingga ia pulang kerumah dalm keadaan lelah dan juga tidak ada lagi waktu untuk membaca buku karena di rumah tidak ada penerangan. Didesa itu hanya rumah Sun Kang yang tidak ada penerangannya.
Sun Kang sering berangan-angan kalau saja rumahnya memiliki lampu, maka ia bisa membaca banyak buku. Karena sangat ingin membaca, ia bertanya kepada ayah dan ibunya, “semua tetangga kita punya lampu, hanya rumah kita yang tidak punya. Jika begini terus, siang hari bekerja dan malam tidak bisa membaca buku, kapan saya bisa menjadi anak pintar? Bisa tidak kita punya satu lampu?”
Mendengar pertanyaan anaknya, kedua orangtuanya sangat sedih. Dengan berat hati mereka berkata, “Sun Kang, kita sangat miskin dan minyak untuk lampu sangat maha, kita tidak sanggup membelinya. Jika kita membeli minyak, kita sekeluarga pelan-pelan bisa mati kelaparan.”
Setelah berkata begitu kedua orangtuanya meneteskan air mata. Ia pun ikut menangis.ia sungguh mengerti dan dan prihatin akan kondisi keluarganya sehingga i berjanji dalam hati untuk tidak lagi menuntut kedua orangtuanya membeli lampu mnyak.
Kerinduan untuk membaca buku tetplah besar. Sun Kang sering meminjam buku orang lain dan ia selalu mengembalikannya tepat waktu. Kendati seharian ia bekerja, lam hai ia selalu pergi ke luar rumah, mencari sinar rembulan untuk membaca buku. Namun, sinar yang serba-terbatas membuat kedua matanya sering letih dan tang sanggup membaca dalam waktu panjang.
Pada musim dingin, turun salju yang sangat lebat. Pada suatu malam, ketika hujan salju berhenti, udara terasa sangat segar dan rembulan bersinar terang. Sun kang berpikir ini waktu yang bagus untuk membaca. Karena itu, ia pergi ke luar dengan membawa satu buku untuk dibaca dibawah sinar embulandan juga terang dari lampu tetangga. Setelah membaca, ia pun merasa lelah dan ingin pulang. Dalam perjalanan pulang ia tersandung dan bukunya jatuh di atas salju. Karena ingin menyelamatkan bukunya, ia segera bangkit untuk mengambil buku itu walau kakinya terluka. Pada waktu ia hendak memungut bukunya, ia bisa melihat dengan jelas tulisan yang ada didalam buku. Kok bisa? Ternyata salju yang padat bisa memantulkan sinar rembulan sehingga cahaya bisa lebih terang lagi.
Menemukan persitiwa ini, Sun Kang pun bergembira karena ternyata dibalik musim salju yang dingin dia bisa membaca buku dengan lebih baik. Mulai hari itu tiap malam ia pergi ke luar untuk membaca buku dengan memanfaatkansinar rembulan dan pantulan cahaya dari salju. Ia terus berusaha melawan dingin agar bisa membaca buku. Sementara, jika orang kedinginan, ia mudah menderita borok di kulit. Penyakit ini diebut dong chuang. Jika orang sudah menderita borok itu, penyakit itu tidak bisa sembuh sapai musim dingin usai. Borok itu membuat daging dan kulit terbuka sehingga akan terasa perih sekali. Namun, walau harus menderita borok yang sangat perih, Sun Kang tetap pergi pada malam yang dinginhanya untuk bisa membaca buku. Lama-kelamaan tangan dan kakinya penuh dengan dong chuang yang sangat memerihkan, tetapi itu sama sekali tidak membuatnya berhenti membaca buku. Hanya dengan sinar rembulan dan pantulan sinar dari salju ia bisa membaca banyak buku. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa sakit yang harus ia tahan dari borok musim dingin itu, ia tetap akan membaca buku.
Seiring berjalannya waktu, Sun Kang tumbuh menjadi ahli pikir yang brilian dan menjadi pnasehat kerajaan. Itulah akibat dari gemar membaca. Kisah ini berkembang dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi.
Kisah Sun Kang sungguh mengharukan dan akhirnya menjadi cerita untuk memotivasi anak-anak di Cina untuk membaca dan belajar.

*Kisah ini yang ditulis dalam Novel Peci Miring, Biografi Gusdur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar