Malam itu, aku ikut konser bareng letto, -ikut nonton
tepatnya-
Acara yang digelar di Pelataran Taman Islamil Marzuki
(TIM) dalam rangka #16TahunKC, Dies Natalis Kenduri Cinta yang ke-16 itu juga
berberangan dengan Ulang tahun vokalis Letto (Sabrang MDP), Letto tampil
seperti biasa, penuh Cinta.
Cornel yang lulusan seni musik sempat membaca pantun
sebelum letto melanjutkan beberapa nomornya hadiah untuk #16tahunKC.
Sabrang, membahas makna lagu-lagu letto satu persatu
dari yang sudah dinyanyikan. Ada ruang rindu, san daran hati dll, Malam itu
juga kerasan sangat akrab saat semua personel letto disuruh maju oleh moderator
(Fahmi, Pemalang) untuk ditanyai beberapa pertanyaan. Sabrang, Pathub, Dodet,
Arian dan cornel masing masing menjawab sesuai kadarnya.
Mas Pathub yang
menjawab banyak tentang grup band letto, salah satunya ketika ditanya oleh
wartawan soal “kenapa letto sekarang vakum?” Mereka mengira bahwa tidak muncul
di TV atau on air Radio sudah dianggap vakum. Padahal sering kali Letto itu
manggung dan tanpa kamera yang ikut ngawai. Saya jawab saja “letto tidak vakum
karena bukan cleaner.” Sontak yang mendengar jawaban itu tertawa.
Begitu mesra mereka
mendekap para fans dadakan malam itu dengan nada-nada yang berbicara mengajak
untuk komunikasi, tak sedikit juga dari hadirin ikut meramaikan lewat apresiasi
ataupun pertanyaan-pertanyaan seputar Letto.
***
Aku berangkat dengan 6
orang temanku, salahsatunya cewe; Mia dan hanya dia yang baru saja ikut
acara-acara spektakuler seperti malam ini. Pantas saja belum bisa mengikuti
alur dan sempet “ngantuk” katanya. Baru seger jam 2 lebih saat letto full
tampil dengan ngemix “gundul-gundul pacul”, kemudian nyletuk “Mas saur on the
road njuh”. “Ah mending di camp aja, beberapa anak sudah nunggu o”. Dia
belingsut dengan wajah dimurungkan.
Dan acara diakhiri
dengan masterpiece nya Letto “Sandaran Hati” yang di kemas begitu asli musik
indo, apalagi saat Noe menyisipkan beberapa kalimat jawa ditengah-tengah lagu.
Hadirin begitu antusias mengikuti dan terlihat hafal dengan lagu yang tidak
asing ini.
Saat keluar dari
parkiran TIM dan berjalan 100 meter, satu motor temenku mengalami ban bocor.
Untung beberapa ratus meter ada satu tambal ban on. Tapi saat saya mampir,
ternyata baru nyalain spirtus untuk menambal ban yang duluan mampir. Akhirnya
kita putuskan untuk mencari lagi sekalian sahur karena saat itu sudah jam 3
lebih.
Akhirnya nemu lagi di
daerah Cikini depan LBH Jakarta, nunggu baru 2 menit aku katakan kepada yang
lain supaya nyari saur duluan, biar aku dan wildan nunggu ban nya kelar.
Setelah selesai, aku kira jasanya sekitar 15-20 ribuan karena selain dini hari
tempat ini strategis untuk “mencekik” pelanggan, “10 ribu saja mas” begitu tak
bisa dipercaya kalau hanya melihat tampangnya yang sangar.
Udah begitu, pas temenku
menyodorkan uang 50 ribuan dan tidak ada kembalian, dia mau mencari tukaran
uangnya, itu jam setengah 4 pagi lho (mana ada warung buka). Ketika aku
menawarkan untuk pakai motor saja dia malah memilih jalan kaki.
Akhirnya kita nyusul
temen-temen yang sudah sahur duluan, hatiku berucap (kesampaian juga saur on
the roadnya). Setelah santap sahur di warung lamongan, kita mengahiri dan jalan
pulang.
Tidak sampai disini,
Ketika di pertigaan manggarai,
2 motor didepan malah belok kanan, kembali kearah Cikini, aku terkejut karena
arah pulang adalah pal merah-pondok indah-ciputat. Tak kususul, hanya menyaimpaikan
pesan singkat saja “Aja balik maring Cikini maning, Letto ne wis bubar, balik maring
arah Pasar rumput”.
Setelah sampai kosan
malah mereka sudah sampai duluan.
Jinguk!