Jumat, 16 September 2016

Mengajarkan arti nakal kepada ibuku

Ahad, 31 juli 2016

 
Foto diambil dari Patriotgaruda.com
Hari ini, saya mengajarkan arti nakal kepada ibu, karena nakal yang sesungguh-sungguhnya diperlukan. Dari sore, ibu sibuk mempersiapkan makanan dan peralatan untuk rutinan keluarga yang datangnya empat tahun sekali, mirip piala dunia memang. Malam-malampun kita sibuk mengurusi segala sesuatunya.
Maklum, ini acara keluarga besar. Walau bulan syawal sudah berada dibelakang, tapi budaya halal bi halal tetap berlanjut.
Nah, pada pagi hari sekitar jam 6:15 am ibuku dapat telfon dari sahabatnyayang sama-sama guru paud Al-mashir. Ibuku medengar berita itu terkejut dan tentunya nyebut. Padahal saat itu masih banyak sekali bahan makanan yang belum dimasak.
Berita itu adalah undangan diklat Himpaudi se-Pemalang, dalam hitungan ibuku diklatnya hari senin, jadi acara keluarga tetap bisa dipegang. Mulai saat itu, ibuku bingung setengah main dan kudengar sering menyebut istighfar tak begitu lama ibuku nelfon saudara untuk mbantu masak.
Posisiku sedang ngasih makan ayam lanjut nata-nata ruangan depan. tak begitu lama, ibu-ibu tetangga datang mbantu, ibu sudah kelihatan sedikit lega (sedikit lho). Mungkin ibuku berpikir lebih baik berangkat diklat karena akan mempengaruhi laporan hasil didikannya selama ini, tanpa piker panjang, ibuku mandi.
Lagi-lagi rekan ibuku nelfon katanya sudah ditunggu diperempatan besar Warungpring karena memang berangkat bersama. Ibuku dandan sekenanya, sampai bilang ke Anum, adik keduaku untuk tidak usah berangkat sekolah dulu (mungkin karena ga ada yang ngurus).
“bu, Anum tetep sekolah biar nanti aku yang ngurus”. Sekian itu aku menyiapkan perlengkapan anum sampai mengantarkan ke sekolah, ibuku masih sibuk nelfon. Aku bilang ke ibu bahwa prioritas sekolah penting, tapi melayani tamu keluarga besar lebih penting, tapi tak dihiraukannya, beliau tetap tata-tata barang yang akan dibawanya ke Pemalang.
Ibuku tak mau semua yang ditanam dalam sekolah disia-siakan, apalagi setiap hari kerja sangat disiplin berangkat paling awal. Dalam keluarga, hanya ibuku yang mau terjun dalam instansi formal, memang dalam sejarah banyak dari keluargaku yang jadi pendidik tapi semua non forma, ada yang di madrasah diniyah, mulang ngaji di pesantren, langgar, dan rumah.
“ayo nu, antarkan ibu cepet! Sudah ditunggu dari tadi”.
Aku keluar manasin motor bentar lalu jalan, baru berjalan sekitar 10 menit, aku ngomong ke ibu pelan-pelan.
“bu,,, diklat itu bisa ada lagi karena itu program diknas dan boleh izin ko. Tapi acara keluarga itu empat tahu sekali, menurutku ibu izin saja ya atau saya saja yang minta izin ke kepalanya”.
Mendengar itu, ibuku luluh, kemudian berkata:
“iya ya nu, ya udah ibu izin sajalah”.
Tanpa menjawab lagi, aku langsung memutar motorku dan parkir depan rumah.
Dalam hati, aku berkata:

Aku yang hari ini dilantik bahkan acara-acara besar yang menuntut untuk datang bisa izin, karena punya prioritas lain, mungkin aku juga sering izin ga masuk kuliah, ya minimal izin ke diri sendiri. :V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar