Harlah IPNU-IPPNU yang ke 59 dan 58
Nahdlatul Oelama (NO)[1] memang telah berkibar sejak
lama, usianya mencapai 87 tahun, kau telah memberikan stigma-stigma kepada para
kadermu, memberikan jaminan-jaminan kepada para pengikutmu dan tentunya
menciptakan para kader yang berakhlakul karimah.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang sekarang usianya
sudah menginjak ke 59 tahun, usia yang cukup mapan, semoga lebih mapan.
Dulu, orang eropa tau bukanlah penjajahan fisik yang bisa
menaklukkan Indonesia tapi dengan jajahan ideologi, mereka masuk di
aliran-aliran ekonomi ataupun politik untk berkiblat kepadanya, sangkin keras
kepalanya orang Indonesia yang beragama Islam, maka mereka berusaha
menghancurkan makam Nabi Muhammad SAW, yang menjadi koneksi para Muslim, dengan
semangat yang kuat ditambahpembakaran ideologi di hati, NU mendirikan Komite
Hijaz yang menjadi tameng bagi makam Nabi Muhammad SAW, berusaha mati-matian
mempertahankan satu-satunya[2]
wasilah untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Komite Hijaz inilah satu-satunya gologan yang sangat
pemberani dalam pembelaan tersebut. Sekarang, IPNU telah menanamkan dan
menyuntikkan darah juang yang menggebu-gebu, tak lain karena nenek moyang kita
yang berhasil mempertahankan makam Rasulullah SAW dengan berdarah-darah, tetap
pertahankan NKRI, karena kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan
orang Islam yang berada di Indonesia.
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), keberdirianmu
yang ditekadkan karena rasa iri dengan IPNU, para pemuda telah bergerak, berjuang
membela Ahlussunnah Waljama’ah (ASWAJA) kenapa pemudi tidak?
Setidaknya itulah pikiran mereka mendirikan IPPNU, disamping
rasa bahagia karena telah sejajar dengan IPNU dan selalu one way dengannya. IPPNU telah memberikan semangat kerjasama yang
egitu mumpuni untuk kader pelajar putri.
Memang, uswah yang diberikan leh Siti Khadijah, Siti
Fatimah, Bunda Kartini, dan Bunda Cut Nyak Dien tak disia-siakan oleh mereka,
mereka bisa membuktikan kalau wanita pun bisa bergerak, berjuang embela Aswaja.
Sirnalah gelap terbitlah terang, mentari
timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang,
sgala rintangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman, tiada
gunung setinggi cita
Sujud kepala, kepada tuhan,
tegak kepala lawan derita
Dimalam yang sepi dipagi yang
terang, hatiku teguh bagimu ikatan
Dimalam yang hening di hati membakar, hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga ditaman, mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal ku beri, untuk agama bangsa negeri.
Mungkin itulah itulah syi’ir yang menjadi penyemangat bagi
mereka, sudah sangat jelas diterangkan yang pertama akan berideologikan Aswaja
dan yang terpenting membela tanah pertiwi.
Dikatakan bumi pertiwi sekarang sedang dilanda susah hati,
misi itulah yang membawa energi positif dan penggerak motivasi kader putri NU.
Di ranting, anak cabang, sampai pusat telah memberikan
ucapan selamat ualang tahun kepada IPNU/IPPNU yang selama ini mengajari
bagaimana perempuan harus bertingkah ditantangan global ini.
Dipemalang sendiripun ikut memeriahkan ultahnyayang
diselenggarakan pada taggal 2&3 Maret 2013 digedung NU ini ramai sekali
dikunjungi oleh 11 kecamatan yang terbentuk dan beberapa komisariat, ada
beberapa acara yang diadakan disana diantaranya:
a.
1000 bendera untuk 1000
pelajar
b.
Menghias tumpeng dengan
tema “semangat untuk IPNU/IPPNU”
c.
Resepsi harlah IPNU dan
IPPNU yang ke 59 dan 58
d.
Pentas seni
e.
Kirab bendera
f.
Ikrar pelajar “IPNU anti
narkoba”
g.
Futsal bersarung
h.
Do’a bersama 1000 pelajar
UN
Selain itu IPNU/IPPNU juga
memberikan kontribusi pemberian semangat kepada para pelajar yang sebentar lagi
akan dihadapkan oleh ujian nasional. Acara do’a bersama yang akan diadakan di
masjid agung Nurul Kalam Pemalang, pada tanggal 17 maret 2013 jam 11 siang
mengingat sangat pentingnya ziyadah do’a sebelum ujian dimulai.
iPNU/IPPNU juga akan mengadakan
acara workshop kaderisasi yang diadakan di kecamatan-kecamatan se-pemalang
secara bergantian karena penyakit yang paling urgen dalam organisasi adalah
kaderisasi, yang dibutuhkan adalah kader yang militan, yang membela apapun
kondisinya.
Memang semua perjaungan itu
membtuthkan pengorbanan, paara pejuang dari pelajar maupun pelajar putri NU tak
lain karena nenek moyang kita dahulu menjadi pejuang, saya teringat kata-kata
dari Gus Muwaffiq, Yogyakarta “Kejadian hari ini dikarenakan kejadian dimasa
lalu”, cotohnya kita saja hari ini kita berbuat begini, itu karena sejarah
bapak,ibu atau nenek moyang mbiyen yang
telah melakukan demikian, semuanya tidak ada yang kebetulan, semuanya
diperjuangkan dan semuanya membutuhkan pengorbanan.
Tetap pertahankan tradisi lama dan ambil tradisi baru.. اَلْمحافظة على الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالْاَخْذُ
بِالجَدِيْدِ الاَصْلاَحِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar