Selasa, 19 Februari 2013

Meneguk Barokah dipesantrenku



Jum’at 15 februari 2013
       Aku senang sekali tadi malam karena aku bisa meneguk beberapa cair barokah dari Romo kyai Farichin, para Asatidz, dan mbah wahab.
Malam itu sebenarnya aku hanya ingin bertemu, jumpa kangen dengan teman-temanku yang masih menjunjung tinggi barokah, you know barokah?
Al-barokatu huwa Ziyadatul Khoir, Barokah adalah tambahnya kebaikan.
Setelah shalat maghrib berjama’ah yang diimami oleh ustadz Mahbubul Atho, kamipun bergegas mengambil yasin kala malam itu adalah malam jum’at, tepatnya jum’at kliwon yang sebagian orang takut akan malam itu, entah kenapa takut kepada jin, setan ataupun genderuwo, lain halnya dengan para santri yang sibuk membacakan yasin kepada para auliya dan ahli kubur mereka, mereka tau do’a yang mereka panjatkan akan sampai kepada ahli kubur mereka, tidak peduli berapa lama meninggal, berapa banyak auliya ,mereka tetap semangat membacanya di aula pesantren.
Tanpa aku sadari ternyata room kyai sudah ada disana sedang menertibkan jama’ah putri, aku belum sowan tapi sudah ketahuan, mau bagaimana lagi kalau udah ketahuan, udah basah ya sekalian basahin aja,maksudnya ketahuan itu ya ragaku kelihatan sama room kyai di pesantern kalau jiwa mungkin setiap hari dipesantren.  Aku pun sekalian nimbrung dan duduk di shaf paling depan walaupun persaannya panas-dingin itu hanya sesaat setelah itu biasa lagi, kit abaca yasin, istighosah lalu tahlilan.
                Kepalaku benar-benar menunduk dari awal kali dibuka yasin sampai selesai mungkin hanya 2 kali nengok itupun pada saat room kyai menyuruh kepada salah satu santrinya untuk membaca lebih khusu’ lagi. Sorot matanya tajam tapi teduh, siap melindungi anak-anaknyadari raut wajahnya beliau berumur sekitar setengah abad, beliau mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi dibuktikan pada kesehariannya dengan sikap yang tulus dalam mengajar, beliau jarang sekali membentak kepada santri yang mbeler, beliau malah memberikan perhatian lebih kepada mereka. Seharusnya pemimpin ya seperti itu, berjiwa singa dan siap melindungi.
Aku teringat kepada paduka sri maha raja prabu siliwangi walaupun usia sudah menggerogotinya, semua santri baik yang sudah lama ataupun yang baru tidak mampu menatapnya, bukan karena apa-apa, tapi karena keta’dziman mereka kepada beliau.
                Pondok pesantren Al-falah karangtengah yang diasuh oleh KH Fadlullah Muhammad Farichin Syahmarie ini hanya berdiri 3 lantai untuk putra dan 2 lantai untuk putrid, yang sekarang lagi direnovasi dengan jumlah santri kira-kira 150 itu beliau dapat membina semua santrinya, dan santri putri sekarang menetap sementara di rumah al-marhum al-mahfurlah ust irfan syahmari yang tahun ini sudah meninggalkan kita semua, kami kangen canda-tawa, tebak-tebakan, dan kejutan aneh dari beliau, semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya, amiiin.
Setelah selesai pembacaan yasinannya, disambung dengan shalat isya berjamaah dan pembacaan surat al-fath, al-fath berarti membuka membuka apa saja bertujuan untuk membuka pintu-pintu rahmat, maghfiroh , pintu ilmu, juga pintu rizki. Disambung dengan surat al-mulk, “surat al-mulk bertujuan mempermudah jalannya ruh pada saat malaikat izroil menjemput, karena kematian tidak ada yang tahu dan ketika ruh kita dicabut akan terasa sakit sekali bagai dikuliti hidup-hidup” pengendika beliau satu waktu.
Setelah kegiatan selesai, dengan pelatihan khotmil Qur’an bin-nadhor  dan juz ‘Amma bil-ghoib yang diikuti oleh santri-santri baru yang belum mengikutinya.
Tidak sampai disitu keberkahan yang aku teguk, aku lantas dipanggil oleh mbah wahab bersama dengan beberapa santri yang sudah lama menetap dipesantren, selain kami mbah wahab juga mengundan 7 santri yang ada dibilik atas, “undangna cah 7 go yasinan nang umahku” katanya dengan suara yang agak serak , umur beliau sebentar lagi menginjak satu abad.
Santripun bergegas memilih 7 orang diantara mereka yang malam itu sudah tidak ada kegiatan lagi. Aku tau mereka bukan sekedar memenuhi panggilan mbah wahab, tapi mereka tau bahwa aka ada barokah yang mereka peroleh. Setelah semuanya berkumpul kira-kira 12 anak, ternya ust Masykuri dan Ust Muslih sudah ada dirumah beliau, dengan wajah agak malu akupun bersalaman dengan beliau berdua, sang inspirator.
Sama seperti di aula pesantren, akupun  tertunduk ketika pembacaan yasin dari awal sampai akhir. Setelah selesai, mbah wahab dengan repotnya menyediakan makanan-makanan sederhana . sungguh bahagia menjadi santri, tak pernah merengut apalagi bersedih.
Ketika jam menunjukan angka 10 lebih, aku tidur dengan niat supaya jam 3 dini hari bisa bangun dan shalat tahajjud, tp entah kenapa mungkin lelah atau sangkin capeknya, aku tidak bisa bangun pada jam 3 malah bangun jam 5 lebih, sahalat subuh dan disuruh romo kyai untuk ikut ziarah ke makam garwo-garwonya mbah kyai Syahmarie setelah pulang dari ziarah, sayapun mengikuti penajian yang dipimpin langsung oleh romo kyai farichin, beliau membacakan kitab bajuri, kitab fiqh yang menjadi syarahnya kitab fathul qarib dengan kitab Ihya Ulumuddin kitab tasawuf yang terpopuler karangan syaikh imam Al-ghozali.
Setelah itu akupun pulang dengan berbangga hati, bahagia telah mencicipi keberkahan-keberkahan yang disuguhkan oleh pesantrenku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar