Jum’at 15 februari 2013
Aku
senang sekali tadi malam karena aku bisa meneguk beberapa cair barokah dari
Romo kyai Farichin, para Asatidz, dan mbah wahab.
Malam itu sebenarnya aku hanya ingin bertemu, jumpa kangen
dengan teman-temanku yang masih menjunjung tinggi barokah, you know
barokah?
Al-barokatu huwa Ziyadatul Khoir, Barokah
adalah tambahnya kebaikan.
Setelah shalat maghrib berjama’ah
yang diimami oleh ustadz Mahbubul Atho, kamipun bergegas mengambil yasin kala
malam itu adalah malam jum’at, tepatnya jum’at kliwon yang sebagian orang takut
akan malam itu, entah kenapa takut kepada jin, setan ataupun genderuwo, lain
halnya dengan para santri yang sibuk membacakan yasin kepada para auliya dan
ahli kubur mereka, mereka tau do’a yang mereka panjatkan akan sampai kepada
ahli kubur mereka, tidak peduli berapa lama meninggal, berapa banyak auliya ,mereka
tetap semangat membacanya di aula pesantren.
Tanpa aku sadari ternyata room kyai
sudah ada disana sedang menertibkan jama’ah putri, aku belum sowan tapi sudah
ketahuan, mau bagaimana lagi kalau udah ketahuan, udah basah ya sekalian
basahin aja,maksudnya ketahuan itu ya ragaku kelihatan sama room kyai di
pesantern kalau jiwa mungkin setiap hari dipesantren. Aku pun sekalian nimbrung dan duduk di shaf
paling depan walaupun persaannya panas-dingin itu hanya sesaat setelah itu
biasa lagi, kit abaca yasin, istighosah lalu tahlilan.
Kepalaku
benar-benar menunduk dari awal kali dibuka yasin sampai selesai mungkin hanya 2
kali nengok itupun pada saat room kyai menyuruh kepada salah satu santrinya
untuk membaca lebih khusu’ lagi. Sorot matanya tajam tapi teduh, siap
melindungi anak-anaknyadari raut wajahnya beliau berumur sekitar setengah abad,
beliau mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi dibuktikan pada kesehariannya
dengan sikap yang tulus dalam mengajar, beliau jarang sekali membentak kepada
santri yang mbeler, beliau malah memberikan perhatian lebih kepada
mereka. Seharusnya pemimpin ya seperti itu, berjiwa singa dan siap melindungi.
Aku teringat kepada paduka sri maha
raja prabu siliwangi walaupun usia sudah menggerogotinya, semua santri baik
yang sudah lama ataupun yang baru tidak mampu menatapnya, bukan karena apa-apa,
tapi karena keta’dziman mereka kepada beliau.
Pondok
pesantren Al-falah karangtengah yang diasuh oleh KH Fadlullah Muhammad Farichin
Syahmarie ini hanya berdiri 3 lantai untuk putra dan 2 lantai untuk putrid,
yang sekarang lagi direnovasi dengan jumlah santri kira-kira 150 itu beliau
dapat membina semua santrinya, dan santri putri sekarang menetap sementara di
rumah al-marhum al-mahfurlah ust irfan syahmari yang tahun ini sudah
meninggalkan kita semua, kami kangen canda-tawa, tebak-tebakan, dan kejutan
aneh dari beliau, semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya, amiiin.
Setelah selesai pembacaan
yasinannya, disambung dengan shalat isya berjamaah dan pembacaan surat al-fath,
al-fath berarti membuka membuka apa saja bertujuan untuk membuka
pintu-pintu rahmat, maghfiroh , pintu ilmu, juga pintu rizki. Disambung dengan
surat al-mulk, “surat al-mulk bertujuan mempermudah jalannya ruh pada saat
malaikat izroil menjemput, karena kematian tidak ada yang tahu dan ketika ruh
kita dicabut akan terasa sakit sekali bagai dikuliti hidup-hidup” pengendika
beliau satu waktu.
Setelah kegiatan selesai, dengan
pelatihan khotmil Qur’an bin-nadhor dan
juz ‘Amma bil-ghoib yang diikuti oleh santri-santri baru yang belum
mengikutinya.
Tidak sampai disitu keberkahan yang
aku teguk, aku lantas dipanggil oleh mbah wahab bersama dengan beberapa santri
yang sudah lama menetap dipesantren, selain kami mbah wahab juga mengundan 7
santri yang ada dibilik atas, “undangna cah 7 go yasinan nang umahku” katanya
dengan suara yang agak serak , umur beliau sebentar lagi menginjak satu abad.
Santripun bergegas memilih 7 orang
diantara mereka yang malam itu sudah tidak ada kegiatan lagi. Aku tau mereka
bukan sekedar memenuhi panggilan mbah wahab, tapi mereka tau bahwa aka ada
barokah yang mereka peroleh. Setelah semuanya berkumpul kira-kira 12 anak,
ternya ust Masykuri dan Ust Muslih sudah ada dirumah beliau, dengan wajah agak
malu akupun bersalaman dengan beliau berdua, sang inspirator.
Sama seperti di aula pesantren,
akupun tertunduk ketika pembacaan yasin
dari awal sampai akhir. Setelah selesai, mbah wahab dengan repotnya menyediakan
makanan-makanan sederhana . sungguh bahagia menjadi santri, tak pernah merengut
apalagi bersedih.
Ketika jam menunjukan angka 10
lebih, aku tidur dengan niat supaya jam 3 dini hari bisa bangun dan shalat
tahajjud, tp entah kenapa mungkin lelah atau sangkin capeknya, aku tidak bisa
bangun pada jam 3 malah bangun jam 5 lebih, sahalat subuh dan disuruh romo kyai
untuk ikut ziarah ke makam garwo-garwonya mbah kyai
Syahmarie setelah pulang dari ziarah, sayapun mengikuti penajian yang dipimpin
langsung oleh romo kyai farichin, beliau membacakan kitab bajuri, kitab
fiqh yang menjadi syarahnya kitab fathul qarib dengan kitab Ihya Ulumuddin kitab
tasawuf yang terpopuler karangan syaikh imam Al-ghozali.
Setelah itu akupun pulang dengan berbangga hati,
bahagia telah mencicipi keberkahan-keberkahan yang disuguhkan oleh pesantrenku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar