Belasan
api unggun dengan sisa-sisa kayu penggusuran menerangi anak-anak dan ibu-ibu
warga bukit duri yang sedang asyik menikmati malamnya. Terlihat Marjinal, grup
band yang sering menemani para korban ketidakadilan membawakan beberapa tangga
lagu menambah hangat suasana pinggir ciliwung, hanya berada satu meter disampingnya.
Acara yang bertajuk
‘Pijar Api Nyanyi Sunyi Bukit Duri’ ini dihadiri oleh warga yang minggu lalu
terkena gusuran paksa oleh aparat. Marjinal bernyanyi dengan semangat, membawakan
lagu-lagu andalannya seperti Rencong-marencong, Hukum rimba, Tanah air beta,
Buruh tani dan Negeri-negeri.
Seperti sudah hafal
dengan syair-syairnya, mereka bernyanyi bersama-sama terlebih saat lagu
Indonesia pusaka, semuanya berdiri mengenang kesedihan semingu lalu yang
dipaksa pindah oleh pemerintah DKI.
Disini tempat lahir
beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung
dihari tua
Sampai akhir menutup
mata. (Potongan Indonesia pusaka)
Diatas terpal,
disamping-samping api unggun, diparkiran motor dan dikanan-kiri kerumunan
terpal persegi panjang menyanyikannya dengan semangat, tak ada kesedihan
disana. Aku rasa hanya diriku yang hampir meneteskan air mata haru-bangga pada
mereka yang masih tersenyum lebar.
Ditanah lapang itu,
terdapat pula poster-poster tulisan anti-anarkis seperti Ciliwung nyawa kami,
Aksi damai tanpa kekerasan dan gambar-gambar perlawanan. Langit dan anginpun
seperti mendukung, mengayomi mereka, terlihat dari hembusan lembut angin yang
menyentuh para korban. Langitpun terlihat cerah ikut tersenyum.
Beberapa wartawan media
social juga hadir, baik yang sudah senior ataupun masih magang mengambil gambar
dan wawancara dengan panitia maupun warga. Setelah marjinal selesai menemani
dilanjutkan oleh Komunitas Sanggar CIliwung dibawah asuhan Romo Sandyawan
membawakan lagu ciptaan mereka, kertas-kertas syairnya dibagikan kepada warga.
Tepat jam 21.10 wib,
saya meningalkan mereka yang sedang asyik bernyanyi karena tampaknya KRL sudah
menunggu di stasiun untuk perjalanan pulangku menuju kosan. Malam itu, aku
merasakan dua kesedihan, meninggalkan mereka sebagai saudaraku dan wanitaku
yang kini cintanya kian memudar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar