Ada saja obrolan ketika bersilaturrahmi, seperti
malam kamis kemarin di ndalemnya mas fahmi*. 2
jam pertama asik membahas NU struktural dan kultural.
NU di daerah masih
ada sistem monarki, walaupun menurut saya budaya dalam berorganisasi atau instasi memang boleh
dengan kreatifitas masing-masing, namun kurang pas ketika kita letakkan pada organisasi besar NU. Apalagi ada peran yang tidak pas dimainkan oleh
anggota-anggotanya, seperti jabatan tanfidziyah dan syuriyah.
Namun apa boleh buat
kalau memang begini kemmampuannya atau arah
yang menjadi jalannya. Karena salah satu krisis di NU antara lain masih membudayakan
“simbolisme”, harus ada jamaahan tahlil dulu baru baca tahlil, harus ada
jamaahan shalawat dulu baru baca shalwat, ini masih terjadi. *Nasihat untuk
saya
...قواانفسكم واهليكم ناراPadahal ada satu ayat yang menjelaskan tentang
kkeharusan kita menjaga diri sendiri, lalu keluarga baru masyarakat. Kemaren
sempet diskusi lumayan lama, karena ini menjadi permasalahan serius “harus
selesai diri sendiri dulu, baru selesaikan oranglain” kata beliau. Padahal ini
masalah serius.
كنتم
خيرامةاخرجت للناس Ini salah satu ayat yang mengungkapkan bahwa
kita harus sebagai manusia-sosial juga diharuskan membawa orang lain kerah yang
lebih baik (jalur dakwah), ini bukan karena sok suci atau semacamnya.
Menurut beliau, sekarang Nu sedang krisis Pendidikan, ekonomi dan budaya. Bagaimana kita mau mengatur kurikulum
pedidikan kalau kita saja dulu “mbeler” waktu belajar, atau bagaimana kita mau
mengatur valuta ekonom ketika kita saja masih bua akan usaha atau ilmu yang
mengenai tentangnya. Itu manfaat kata “kita selesaikan dullu urusan pribadi
kita masing-masing, baru kita mengatur yang lain”.
Orang NU atau yang sering menggembor-gemborkan santri
dari mbah hasyim asy’ari, bahkan kita masih buta tentang Qonun asasi dan mabadi khoiruummah, bagaimana mau kita lakukan?
Dulu mbah hasyim sangat ngalim, sangat sederhana dan selesai dalam urusan
pribadinya, baru beliau membentuk NU. Karena beliau sangat dekat dengan Allah
makanya NU dimudahkan secara gerakan. Kita perintim dulu hubungan kita dengan
Allah disertai Hablum minan nas, itulah outputnya.
“Kita ini sedang krisis kyai dan ekonom” begitu ngendika nya syuriah Nahdlatul Ulama
Pemalang-Kyai haji Abdul Aziz syahmari-. Nasihat beliau seolah menjadi tamparan
sekaligus motivasi, tamparannya adalah pengkader di Nahdlatul Ulama dari
IPNU-Ansar atau NU masih dipertanyakan, kemana saja kader yang bisa ngalim
calon agamawan. Motivasinya adalah perjuangan dalam Nahdlatul Ulama masih
sangat panjang, salah satunya ikut menjadikan kader sebagai “orang besar” atau
orang yang dipandang berguna dalam masyarakat.
Begitupun ekonom, karena pos ini sangat penting untuk
diisi oleh kader Nahdlatul Ulama “jangan Cuma bisa membaca tahlil, itupun
dengan berjamaah” begitu kata yang sering muncul. Contoh kecil saja cara memanaj
uang dalam satu organsasi tingkat rantingpun, apalagi memikirkan bagaimana
caranya menghasilkan uang dengan kreatifitas anggotanya. Begitu katanya sambil
menyalakan kreteknya.
Setelah itu beliau cerita pengalaman pribadi di Nahdlatul
Ulama (panjang lebar dan ini rahasia) yang bisa saya ungkapkan itu masalah
jodoh, bagaimana kita memilih seorang istri atau suami. “Karena yang diinginkan
oleh sebagian banyak orang adalah yang sempurna lahir batin dan itu langka
(jarang sekali, bisa saja 1:1000)” lanjutnya. Dalam hadits sudah dijelaskan
bahwa ketika mencari jodoh ada 4 poin yang sekiranya bisa menjadi pilihan : 1. Keturunan
2. Agama 3. Kecantikan. dan 4. Hartanya. Kita sadar kalau calon istri atau
suami yang mempunyai semua poin itu tidak ada, yang harus kita utamakan adalah
Agamanya, bagaimana sifat keagamaan calon kita dan ini sangat ditentukan oleh kelakuan
kita sendiri. Karena sifat kita juga menentukan sifat calon pasangan kita.
Kalaupun bisa kita memilih antara 2 poin tersebut,
ketaatan beragama dan kecantikan, kekayaan dan kegamaan atau salah dua sari 4
poin tersebut dan yang kedua poin lagi sang suamilah yang wajib melengkapinya, disinilah
sisi perjuangan dan pengabdian kita sebagai seorang kepala keluarga sekaligus letak
keadilan Allah. Malam semakin larut, sebetulnya masih banyak
pengalaman-pengalaman yang akan diceritakan tapi saya dan teman-teman ada janji
dengan orang lain, saya pamit dan memberikan apresiasi kepada beliau yang
selalu memberikan motivasinya lewat pengalaman beliau yang begitu asik.
*Pernah menjabat
sebagai sekertaris IPNU cabang Pemalang dan Wakil ketua PW IPNU jateng,
sekarang sedang bekerja sebagai Kepala sekolah MTs Nurul Huda Mereng,
warungpring, pemalang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar