Selasa, 15 September 2015

Bermesraan dengan Pembna IPNU warungpring



Ada saja obrolan ketika bersilaturrahmi, seperti malam kamis kemarin di ndalemnya mas fahmi*. 2 jam pertama asik membahas NU struktural dan kultural.
NU di daerah masih ada sistem monarki, walaupun menurut saya budaya dalam berorganisasi atau instasi memang boleh dengan kreatifitas masing-masing, namun kurang pas ketika kita letakkan pada organisasi besar NU.  Apalagi ada peran yang tidak pas dimainkan oleh anggota-anggotanya, seperti jabatan tanfidziyah dan syuriyah.
Namun apa boleh buat kalau memang begini kemmampuannya atau arah  yang menjadi jalannya. Karena salah satu krisis di NU antara lain masih membudayakan “simbolisme”, harus ada jamaahan tahlil dulu baru baca tahlil, harus ada jamaahan shalawat dulu baru baca shalwat, ini masih terjadi. *Nasihat untuk saya

...قواانفسكم واهليكم ناراPadahal ada satu ayat yang menjelaskan tentang kkeharusan kita menjaga diri sendiri, lalu keluarga baru masyarakat. Kemaren sempet diskusi lumayan lama, karena ini menjadi permasalahan serius “harus selesai diri sendiri dulu, baru selesaikan oranglain” kata beliau. Padahal ini masalah serius.
كنتم خيرامةاخرجت للناس Ini salah satu ayat yang mengungkapkan bahwa kita harus sebagai manusia-sosial juga diharuskan membawa orang lain kerah yang lebih baik (jalur dakwah), ini bukan karena sok suci atau semacamnya.
Menurut beliau, sekarang Nu sedang krisis Pendidikan, ekonomi dan budaya. Bagaimana kita mau mengatur kurikulum pedidikan kalau kita saja dulu “mbeler” waktu belajar, atau bagaimana kita mau mengatur valuta ekonom ketika kita saja masih bua akan usaha atau ilmu yang mengenai tentangnya. Itu manfaat kata “kita selesaikan dullu urusan pribadi kita masing-masing, baru kita mengatur yang lain”.
Orang NU atau yang sering menggembor-gemborkan santri dari mbah hasyim asy’ari, bahkan kita masih buta tentang Qonun asasi dan mabadi khoiruummah, bagaimana mau kita lakukan? Dulu mbah hasyim sangat ngalim, sangat sederhana dan selesai dalam urusan pribadinya, baru beliau membentuk NU. Karena beliau sangat dekat dengan Allah makanya NU dimudahkan secara gerakan. Kita perintim dulu hubungan kita dengan Allah disertai Hablum minan nas, itulah outputnya.
“Kita ini sedang krisis kyai dan ekonom”  begitu ngendika nya syuriah Nahdlatul Ulama Pemalang-Kyai haji Abdul Aziz syahmari-. Nasihat beliau seolah menjadi tamparan sekaligus motivasi, tamparannya adalah pengkader di Nahdlatul Ulama dari IPNU-Ansar atau NU masih dipertanyakan, kemana saja kader yang bisa ngalim calon agamawan. Motivasinya adalah perjuangan dalam Nahdlatul Ulama masih sangat panjang, salah satunya ikut menjadikan kader sebagai “orang besar” atau orang yang dipandang berguna dalam masyarakat.
Begitupun ekonom, karena pos ini sangat penting untuk diisi oleh kader Nahdlatul Ulama “jangan Cuma bisa membaca tahlil, itupun dengan berjamaah” begitu kata yang sering muncul. Contoh kecil saja cara memanaj uang dalam satu organsasi tingkat rantingpun, apalagi memikirkan bagaimana caranya menghasilkan uang dengan kreatifitas anggotanya. Begitu katanya sambil menyalakan kreteknya.

Setelah itu beliau cerita pengalaman pribadi di Nahdlatul Ulama (panjang lebar dan ini rahasia) yang bisa saya ungkapkan itu masalah jodoh, bagaimana kita memilih seorang istri atau suami. “Karena yang diinginkan oleh sebagian banyak orang adalah yang sempurna lahir batin dan itu langka (jarang sekali, bisa saja 1:1000)” lanjutnya. Dalam hadits sudah dijelaskan bahwa ketika mencari jodoh ada 4 poin yang sekiranya bisa menjadi pilihan : 1. Keturunan 2. Agama 3. Kecantikan. dan 4. Hartanya. Kita sadar kalau calon istri atau suami yang mempunyai semua poin itu tidak ada, yang harus kita utamakan adalah Agamanya, bagaimana sifat keagamaan calon kita dan ini sangat ditentukan oleh kelakuan kita sendiri. Karena sifat kita juga menentukan sifat calon pasangan kita.
Kalaupun bisa kita memilih antara 2 poin tersebut, ketaatan beragama dan kecantikan, kekayaan dan kegamaan atau salah dua sari 4 poin tersebut dan yang kedua poin lagi sang suamilah yang wajib melengkapinya, disinilah sisi perjuangan dan pengabdian kita sebagai seorang kepala keluarga sekaligus letak keadilan Allah. Malam semakin larut, sebetulnya masih banyak pengalaman-pengalaman yang akan diceritakan tapi saya dan teman-teman ada janji dengan orang lain, saya pamit dan memberikan apresiasi kepada beliau yang selalu memberikan motivasinya lewat pengalaman beliau yang begitu asik.

*Pernah menjabat sebagai sekertaris IPNU cabang Pemalang dan Wakil ketua PW IPNU jateng, sekarang sedang bekerja sebagai Kepala sekolah MTs Nurul Huda Mereng, warungpring, pemalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar