Selasa, 14 Juni 2016

Sahur on the road? FalyataLetto



Malam itu, aku ikut konser bareng letto, -ikut nonton tepatnya-

Acara yang digelar di Pelataran Taman Islamil Marzuki (TIM) dalam rangka #16TahunKC, Dies Natalis Kenduri Cinta yang ke-16 itu juga berberangan dengan Ulang tahun vokalis Letto (Sabrang MDP), Letto tampil seperti biasa, penuh Cinta.

Cornel yang lulusan seni musik sempat membaca pantun sebelum letto melanjutkan beberapa nomornya hadiah untuk #16tahunKC.
 
Sabrang, membahas makna lagu-lagu letto satu persatu dari yang sudah dinyanyikan. Ada ruang rindu, san daran hati dll, Malam itu juga kerasan sangat akrab saat semua personel letto disuruh maju oleh moderator (Fahmi, Pemalang) untuk ditanyai beberapa pertanyaan. Sabrang, Pathub, Dodet, Arian dan cornel masing masing menjawab sesuai kadarnya.

Mas Pathub yang menjawab banyak tentang grup band letto, salah satunya ketika ditanya oleh wartawan soal “kenapa letto sekarang vakum?” Mereka mengira bahwa tidak muncul di TV atau on air Radio sudah dianggap vakum. Padahal sering kali Letto itu manggung dan tanpa kamera yang ikut ngawai. Saya jawab saja “letto tidak vakum karena bukan cleaner.” Sontak yang mendengar jawaban itu tertawa.

Begitu mesra mereka mendekap para fans dadakan malam itu dengan nada-nada yang berbicara mengajak untuk komunikasi, tak sedikit juga dari hadirin ikut meramaikan lewat apresiasi ataupun pertanyaan-pertanyaan seputar Letto.
***
Aku berangkat dengan 6 orang temanku, salahsatunya cewe; Mia dan hanya dia yang baru saja ikut acara-acara spektakuler seperti malam ini. Pantas saja belum bisa mengikuti alur dan sempet “ngantuk” katanya. Baru seger jam 2 lebih saat letto full tampil dengan ngemix “gundul-gundul pacul”, kemudian nyletuk “Mas saur on the road njuh”. “Ah mending di camp aja, beberapa anak sudah nunggu o”. Dia belingsut dengan wajah dimurungkan.

Dan acara diakhiri dengan masterpiece nya Letto “Sandaran Hati” yang di kemas begitu asli musik indo, apalagi saat Noe menyisipkan beberapa kalimat jawa ditengah-tengah lagu. Hadirin begitu antusias mengikuti dan terlihat hafal dengan lagu yang tidak asing ini.

Saat keluar dari parkiran TIM dan berjalan 100 meter, satu motor temenku mengalami ban bocor. Untung beberapa ratus meter ada satu tambal ban on. Tapi saat saya mampir, ternyata baru nyalain spirtus untuk menambal ban yang duluan mampir. Akhirnya kita putuskan untuk mencari lagi sekalian sahur karena saat itu sudah jam 3 lebih.

Akhirnya nemu lagi di daerah Cikini depan LBH Jakarta, nunggu baru 2 menit aku katakan kepada yang lain supaya nyari saur duluan, biar aku dan wildan nunggu ban nya kelar. Setelah selesai, aku kira jasanya sekitar 15-20 ribuan karena selain dini hari tempat ini strategis untuk “mencekik” pelanggan, “10 ribu saja mas” begitu tak bisa dipercaya kalau hanya melihat tampangnya yang sangar.

Udah begitu, pas temenku menyodorkan uang 50 ribuan dan tidak ada kembalian, dia mau mencari tukaran uangnya, itu jam setengah 4 pagi lho (mana ada warung buka). Ketika aku menawarkan untuk pakai motor saja dia malah memilih jalan kaki.

Akhirnya kita nyusul temen-temen yang sudah sahur duluan, hatiku berucap (kesampaian juga saur on the roadnya). Setelah santap sahur di warung lamongan, kita mengahiri dan jalan pulang.
Tidak sampai disini,

Ketika di pertigaan manggarai, 2 motor didepan malah belok kanan, kembali kearah Cikini, aku terkejut karena arah pulang adalah pal merah-pondok indah-ciputat. Tak kususul, hanya menyaimpaikan pesan singkat saja “Aja balik maring Cikini maning, Letto ne wis bubar, balik maring arah Pasar rumput”.

Setelah sampai kosan malah mereka sudah sampai duluan.

Jinguk!